...Vini, Vidi, Fibonacci!...
Mari berkenalan
dengan Angka Fibonacci. Konsep matematika yang akan mengenalkan Anda pada
sebuah frasa unik, "bagaimana
matematika terhubung ke hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan".
Seperti alam, sejarah, dan tentu saja, musik.
Angka
Fibonacci adalah rangkaian angka yang diperoleh secara berurutan. Misal
0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144, dan seterusnya. Cara menyusunnya, dimulai
dari 0 + 1 = 1, 1 +1 = 2, 2 + 3= 5, 5 + 3 = 8, dan seterusnya. Kalau Anda kerap
mengikuti psikotes, nah, biasanya, metode ini kerap dimunculkan.
Dalam
musik, Fibonacci sangat mudah dikenali oleh pianis. Perhatikan angka Fibonacci
ini : 1,2,3,5,8,13. Kalau diterjemahkan dalam bahasa musik, angka 13 adalah
representasi dari jumlah nada dalam satu skala. Angka 8 menjelaskan jumlah nada
dalam satu oktaf. Angka 8 mewakili jumlah nada dalam tangga nada diatonis,
sementara angka 5, adalah jumlah nada dalam tangga nada pentatonis. Angka 1
(semi tone) dan 2 (whole tone) adalah nada-nada yang dibutuhkan untuk memainkan
tangga nada diatonis.
Metode
Fibonacci ini, bisa juga diaplikasikan sebagai perpindahan kunci. Patokannya :
1 - 2 -
3 - 5 - 8 = C - C# - D - E - G. Ini bisa Anda temukan
dalam "Music for Strings Percussion
and Celeste" karya Bella Bartok, yang menggunakan interval 1 : 2 : 3 : 5 :
8 : 5 : 3 : 2 : 1.
Harun
Yahya mengatakan, angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika Anda
membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan Anda
dapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama
lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret
tersebut. Angka ini dikenal sebagai "golden ratio" atau "rasio
emas", atau kerap dilambangkan dengan Phi (=1,618...)
Rasio
emas, yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti, jumlah rasio kuantitas
terbesar = jumlah rasio kuantitas terkecil. Bingung? Sama! Tapi ketika
diaplikasikan ke musik, segalanya menjadi terang dan tebal.
Kalau
Anda memainkan tangga nada C# (rasio terbesar), maka Anda akan menemukan,
notasinya kembar identik dengan tangga nada Db (rasio terkecil). Lambang #
(kres) yang diartikan, naik setengah nada, masuk dalam wilayah rasio jumlah
kuantitas terbesar. Sementara lambang b (mol), yang turun setengah nada, direpresentasikan
sebagai rasio jumlah kuantitas terkecil. Pun halnya dengan Dis = Es, Fis = Ges,
Gis = As, Ais = Bes. Inilah yang disebut sebagai rasio emas dalam musik.
Sementara
Mario Livio, dalam "The Golden Ratio : The Story of Phi, The World's Most
Astonishing Number", mengatakan, rasio emas tidak hanya laku keras di
dunia matematika, tapi juga dikonsumsi oleh biologis, sejarawan, arsitek,
psikolog, musisi, termasuk penggiat ilmu nujum. Singkatnya, rasio emas,
menginspirasi semua disiplin ilmu.
Anda yang
kebetulan terdaftar sebagai musisi klasik, pasti tidak asing dengan karya Bella
Bartok yang disebut di awal-awal paragraf. Dalam komposisinya, Anda akan
menemukan adanya perpindahan kunci mengikuti pola Fibonacci. Wajar saja, sebab
Bartok sudah melakukan analisa angka-angka Fibonacci ini, dan dipraktekkan
dalam karyanya. Termasuk juga Chopin, yang mengenalkan nada-nada mahal
"Nocturne", juga mendasarkan karyanya pada angka Fibonacci.
Musisi
metal pun ternyata melakukan hal yang sama. Tool, grup band yang kerap
diasosiakan sebagai band yang kental dengan nada 'nylekit' dan tempo yang
nggantung ini, sudah melakukannya di "Lateralus". Termasuk juga
"In Rainbows" milik Radiohead.
Singkatnya,
masih ada banyak kemungkinan yang bisa Anda gali dari soal hitung menghitung
ini. Siapa tahu, usai membaca artikel ini, Anda yang menobatkan diri sebagai
'ksatria gitar berhitung', tidak ada salahnya mengutak-atik rumus volume kubus,
atau malah mencatatkan diri sebagai salah satu musisi 'Fibonacci'. Seperti yang
diungkapkan Tom Yhorke “If you're really, really, really, really stuck for
something to do, you could always read up about that theory [golden
ratio]". Happy Calculating! [gc]