Jumat, 04 September 2015

[2ndLD]

...Vini, Vidi, Fibonacci!...
 
Mari berkenalan dengan Angka Fibonacci. Konsep matematika yang akan mengenalkan Anda pada sebuah frasa unik, "bagaimana matematika terhubung ke hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan". Seperti alam, sejarah, dan tentu saja, musik.
 
Angka Fibonacci adalah rangkaian angka yang diperoleh secara berurutan. Misal 0,1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144, dan seterusnya. Cara menyusunnya, dimulai dari 0 + 1 = 1, 1 +1 = 2, 2 + 3= 5, 5 + 3 = 8, dan seterusnya. Kalau Anda kerap mengikuti psikotes, nah, biasanya, metode ini kerap dimunculkan.
Dalam musik, Fibonacci sangat mudah dikenali oleh pianis. Perhatikan angka Fibonacci ini : 1,2,3,5,8,13. Kalau diterjemahkan dalam bahasa musik, angka 13 adalah representasi dari jumlah nada dalam satu skala. Angka 8 menjelaskan jumlah nada dalam satu oktaf. Angka 8 mewakili jumlah nada dalam tangga nada diatonis, sementara angka 5, adalah jumlah nada dalam tangga nada pentatonis. Angka 1 (semi tone) dan 2 (whole tone) adalah nada-nada yang dibutuhkan untuk memainkan tangga nada diatonis.
Metode Fibonacci ini, bisa juga diaplikasikan sebagai perpindahan kunci. Patokannya : 1 -   2 -  3 -  5 -  8 = C - C# - D - E - G. Ini bisa Anda temukan dalam  "Music for Strings Percussion and Celeste" karya Bella Bartok, yang menggunakan interval 1 : 2 : 3 : 5 : 8 : 5 : 3 : 2 : 1.
Harun Yahya mengatakan, angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika Anda membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan Anda dapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut. Angka ini dikenal sebagai "golden ratio" atau "rasio emas", atau kerap dilambangkan dengan Phi (=1,618...)
Rasio emas, yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti, jumlah rasio kuantitas terbesar = jumlah rasio kuantitas terkecil. Bingung? Sama! Tapi ketika diaplikasikan ke musik, segalanya menjadi terang dan tebal.
Kalau Anda memainkan tangga nada C# (rasio terbesar), maka Anda akan menemukan, notasinya kembar identik dengan tangga nada Db (rasio terkecil). Lambang # (kres) yang diartikan, naik setengah nada, masuk dalam wilayah rasio jumlah kuantitas terbesar. Sementara lambang b (mol), yang turun setengah nada, direpresentasikan sebagai rasio jumlah kuantitas terkecil. Pun halnya dengan Dis = Es, Fis = Ges, Gis = As, Ais = Bes. Inilah yang disebut sebagai rasio emas dalam musik.
Sementara Mario Livio, dalam "The Golden Ratio : The Story of Phi, The World's Most Astonishing Number", mengatakan, rasio emas tidak hanya laku keras di dunia matematika, tapi juga dikonsumsi oleh biologis, sejarawan, arsitek, psikolog, musisi, termasuk penggiat ilmu nujum. Singkatnya, rasio emas, menginspirasi semua disiplin ilmu.
Anda yang kebetulan terdaftar sebagai musisi klasik, pasti tidak asing dengan karya Bella Bartok yang disebut di awal-awal paragraf. Dalam komposisinya, Anda akan menemukan adanya perpindahan kunci mengikuti pola Fibonacci. Wajar saja, sebab Bartok sudah melakukan analisa angka-angka Fibonacci ini, dan dipraktekkan dalam karyanya. Termasuk juga Chopin, yang mengenalkan nada-nada mahal "Nocturne", juga mendasarkan karyanya pada angka Fibonacci.
Musisi metal pun ternyata melakukan hal yang sama. Tool, grup band yang kerap diasosiakan sebagai band yang kental dengan nada 'nylekit' dan tempo yang nggantung ini, sudah melakukannya di "Lateralus". Termasuk juga "In Rainbows" milik Radiohead.
Singkatnya, masih ada banyak kemungkinan yang bisa Anda gali dari soal hitung menghitung ini. Siapa tahu, usai membaca artikel ini, Anda yang menobatkan diri sebagai 'ksatria gitar berhitung', tidak ada salahnya mengutak-atik rumus volume kubus, atau malah mencatatkan diri sebagai salah satu musisi 'Fibonacci'. Seperti yang diungkapkan Tom Yhorke “If you're really, really, really, really stuck for something to do, you could always read up about that theory [golden ratio]". Happy Calculating! [gc]

0 komentar:

Posting Komentar