Rabu, 02 September 2015

[ 1stLD ]

...Rahim Musik itu Matematika...
 
It is perhaps even more surprising that music, with all its passion and emotion, is also based upon mathematical relationships. Such musical notions as octaves, chords, scales, and keys can all be demystified and understood logically using simple mathematics - Galileo Galilei
 
Secara konsep, memang, Anda terdengar hebat dan gagah ketika mencelupkan karya dalam belanga matematika. Masalahnya, tidak semua musisi yang mengedepankan konsep matematika, paham betul, apa makna dan fungsinya, kecuali sebagai 'produk', 'tempelan', 'perangkat', 'tidak mutlak'. Padahal, matematika tidak sekedar 'hanya'. Matematika adalah rahim yang menampung segala macam jenis dan bentuk sperma. Salah satunya adalah musik.
Sederhananya, tidak banyak yang menyadari, bahwa ada ikatan jelas antara matematika dan musik. Salah satu hal menonjol yang bisa kami tangkap dari kesimpangsiuran itu, adanya tumpang tindih pengertian antara 'tempo' dan 'ketukan'. Idealnya, ketika Anda berbicara soal 'tempo', maka yang dibahas adalah berapa kecepatan yang dibutuhkan. Sederhananya, tempo = piano (lambat), moderato (sedang), allegro (cepat) dan seterusnya.
Sementara 'ketukan', ditentukan oleh birama yang ditetapkan dalam satu bar. Misal, dalam birama 4/4, berarti ada 4 ketukan tiap satu bar. Soal berapa not yang bisa Anda mainkan dalam empat ketuk, itu sangat tergantung pada kepiawaian Anda menekuk jemari sedemikian rupa.
Tapi dari survei kecil-kecilan, kami mendapati, ternyata masih banyak yang menganggap musik matematika, sama dengan memperkosa tempo seenaknya. Bahkan ada juga yang mempersepsikan, musik matematika, sama dengan bermain-main di wilayah 'ketukan nggantung', atau syncopation. Dan konsep matematika ngawur seperti itu = jalan pintas menuju kemunduran intelektualitas.
Faktanya, kestabilan menjaga 'tempo', adalah harga mati untuk menggawangi ritme (ketukan) instrumen lainnya. Ini berlaku juga bagi mereka, yang mendeskripsikan dirinya, sebagai grup band matematika yang chaos.
Mari, kita pahami dulu konsep matematika abad 20, yang dicukil dari David B Calne dalam "Within Reason : Rationality and Human Behavior". Disebutkan, matematika memuat expanding universe (semesta yang mengembang), uncertainty principle (kaidah ketidakpastian) Heisenberg, dan general law of relativity (hukum relatifitas umum) Einstein. Sementara ciri pokoknya : ringkas (brevity), taat asas (consistency), dan abstraksi yang seksama (precise abstraction).
Pun halnya dengan musik. Yang harus (suka atau tidak suka), memuat ciri pokok matematika didalamnya. Coba lihat penjelasan kami di paragraf awal. Singkatnya, tanpa batas-batas struktur matematika macam ritme, aksen, dan durasi, adalah bualan ompong kalau musik bisa diciptakan.
Tapi ketika melongok ke konsep matematika abad 20, dan membandingkannya dengan musik yang benar-benar berhitung ala grup bawah tanah Indonesia , agaknya, masih jauh dari apa yang sudah dirintis Meshuggah, Cynic dan deretan jagoan musik gedubrak desing di sektor hitung-hitungan ini.
Yang harus digaris-tebalkan, mereka tidak sembarangan memasukkan unsur matematika. Mereka, sangat sadar, dan paham betul, bahwa matematika adalah rahim yang melahirkan math music. Mereka, benar-benar mengonsep hitung-hitungan tiap part yang diciptakan. Tiap presisi dihitung dengan cermat, sehingga menghasilkan eksekusi yang tepat.
Sayang, masih banyak musisi bawah tanah Indonesia, yang menggarap musik matematika, hanya sampai pada fase 'diusahakan-terdengar-seperti' musik hitung-hitungan. Padahal tidak jelas, apa yang dihitung, dan bagaimana metode menghitungnya. Hasilnya? Ya itu tadi, tidak bisa diperhitungkan (kalau tidak boleh disebut tidak bisa dipertanggungjawabkan).
Well, kami tidak sedang berkampanye mendulang suara "setuju" atau "tidak setuju" dengan artikel ini. Toh, bukan kewenangan kami untuk 'menghakimi' (baca : menganalisa isi tidak sama dengan menghakimi!). Toh, kami belum sampai pada tahap konklusi. Artinya, semua kembali pada Anda. Mau atau tidak, menjadi jauh bermartabat dan 'berisi', dengan berangkat dari akar yang benar. Sehingga outputnya, menunjukkan bahwa Anda bukanlah musisi bawah tanah yang asal gedubrak desing. Salam! [gc]